Kamis, 17 Agustus 2017

Mencoba simple

Jadi konsep simple saya mulai luntur ketika di otak saya kembali menyeruak keinginan-keinginan yang banyak, serta list-list lagi. Padahal hal-hal yang patut saya syukuri sangatlah banyak.
So seketika habis liburan saya ingin beli baju ini itu, mau perawatan kulit , pokoknya di otak saya sampai sumpek sendiri sayanya. Padahal keuangan saya tidak memadai untuk pengeluaran yang banyak. Dan keinginan-keinginan tersebut membuat saya pusing sendiri. Keinginan lebih banyak dari pada yang saya butuhkan.

Contoh:
1. Saya ingin banget beli baju di m**a***i padahal kalau dipikir-pikir saya butuh baju yang simple dan bisa saya pakai untuk apa aja misalnya: bisa dipakai ke mentoring sekolah, bisa dipakai di pertemuan orang tua, dan bisa dipakai kursus manga. Selesai kan. Saya itu bukan tipe yang suka ramai-ramai dengan pakain. Cukup beli katun jepang buat pola sendiri jahit untuk beberapa baju. Buat beberapa warna yang memang saya suka. Selesai!

2. Pengen beli beberapa sepatu di M**a***i. Padahal 3 sepatu saya yang beli di sana, Rusak karena jarang dipakai mengelupaslah, yang lepas talinya lah cuma 1 yang memang rusak karena pemakaian. Dulu saya sebelum kerja ngiler banget liat orang bisa beli sepatu. Akhirnya saya belilah tu sepatu sebagai pemuas dahaga saya. So sekarang just thanks to Allah 1 aja cukup.

3. Pengen kacamata yang ini itu padahal ketika dicocokin kemarin malah yang segiempat biasa yang cocok dari pada yang model baru karena pipi saya kelihatan tembem banget kalau pakai yang model baru itu.

So lihat video di Youtube, lihat pendiri facebook yang bajunya itu itu aja. Butuh apa lagi sih ? kata saya kepada diri sendiri. Syurin apa yang ada. Bahkan lebih dari cukup.

Yah program 100 buku. Ngak mampu beli ya baca di Ijakarta kan bisa, pinjam di perpus bisa, pinjam ke temen bisa. How many ways? Kadang saya saja yang ngak bersyukur.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komen donk :)

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...